Thursday, August 16, 2007

KEMANA PARA REMAJA ?

Mengenai remaja yang tidak mengikuti program pengembangan keterampilan, saya juga sempat bertanya kepada seorang guru yang mengaku memilih peserta, beliau mengatakan bahwa para remaja yang menjadi kriteria sebagian besar sudah merantau ke kota-kota besar, yang belum pun sedang bersiap-siap untuk merantau. Dengan kondisi demikian, sayang kiranya jika nantinya ilmu yang diberikan kepada mereka ikut dibawa pergi dan tidak ada yang tinggal di desa. Oleh karena itu, beliau mengatakan mengambil inisiatif untuk memilih anak-anak berusia di bawahnya dengan pertimbangan mereka lebih lama tinggal di desa, sampai mereka kelak akan pergi meninggalkan desa mengikuti jejak kakak-kakak mereka jika perekonomian di desa belum dianggap layak untuk memberikan nafkah kehidupan.

Di kesempatan yang berbeda, saya juga mendapatkan curahan perhatian dari salah satu rekan yang ikut mempersiapkan penataan ruangan sehari sebelum acara berlangsung. Beliau mengatakan kurangnya kepedulian kaum remaja di desa baik kepada program itu sendiri maupun kepada desanya. Hal ini setidaknya diindikasikan berdasarkan pengalaman Beliau yang seorang perempuan, saat menggotong meja dan kursi yang cukup berat bagi kaum perempuan dan beberapa remaja lewat di depan balai desa, namun tidak ada sedikit pun niat untuk membantu, mereka hanya lewat saja tanpa merasa perlu untuk terlibat. Tidak satu pun remaja terlibat membantu persiapan acara, yang ada hanyalah para pamong desa yang terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa. Rekan saya tersebut bahkan mengambil kesimpulan awal, bahwa para remaja di desa sangat bersifat individualistis dan tidak peduli sama sekali terhadap desa sendiri.

Ini baru gejala awal, belum dapat ditarik kesimpulan. Tapi setidaknya, dapat sedikit terlihat bahwa ada satu kalangan yang tidak lengkap di desa Mekarjaya, yaitu kaum remaja. Pada program sebelumnya, kita berhasil menarik kalangan anak-anak SD, SMP, dan Ibu-ibu untuk aktif membangun desa mereka melalui program Desa Kita. Namun ketika kita hendak beranjak ke kalangan yang belum disentuh sebelumnya, yaitu kaum remaja, terlihat adanya gejala yang berbeda.

Untuk dapat menyimpulkan apakah yang menjadi gejala awal ini benar-benar ada atau tidak, perlu pengumpulan data yang lebih lengkap. Namun jika memang gejala ini benar-benar ada, maka mungkin (menurut saya) kita mau tidak mau memutus generasi remaja usia SMA ke atas dalam program Desa Kita. Biarkanlah mereka mengejar tuntutan kebutuhan jangka pendek mereka, karena kita pun tidak mungkin dapat memenuhinya. Selanjutnya kita dapat membidik generasi di bawahnya, yaitu usia SMP untuk bersiap-siap menyongsong desa mereka yang baru, yang lebih menjanjikan sehingga kelak ketika mereka mencapai usia kakak mereka, mereka tidak perlu mencari hidup di tempat lain, karena di desa mereka pun mereka bisa memperolehnya. Kita bisa berharap bahwa ketika mereka menjadi benar-benar remaja, mereka bisa membantu orang tua mereka mengembangkan usaha yang menjanjikan di desa Mekarjaya yang pasar dari produknya juga menjangkau kota-kota besar.

Alternatif kedua, kita tetap memberdayakan remaja, hanya yang diberdayakan adalah remaja yang tinggal di desa, yaitu remaja wanita. Tantangan yang dihadapi jika memilih alternatif kedua adalah ketika remaja wanita ini sudah memiliki tradisi yang kuat yang menghambat perkembangannya, seperti misalnya bahwa setelah tamat SMP, mereka mempersiapkan diri menjadi pendamping suami. Ini baru permisalan, karena belum diketahui apakah yang terjadi seperti itu.

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home