Saturday, June 09, 2007

DESA PENGETAHUAN


Konsep desa pengetahuan mungkin bisa jadi beban tersendiri bagi pengembangan konsep Desa Kita. Berani benar merancang sebuah desa pengetahuan dalam konteks sebuah desa yang IPMnya rendah? IPM sendiri adalah suatu konsep yang ditelurkan oleh UNDP pada tahun 1990 yang terfokus pada pengembangan manusia dan bukan hanya ekonomi. Ada tiga komponen besar yang dikaitkan dengan IPM yaitu peluang hidup yang dihitung dari angka harapan hidup ketika lahir, pengetahuan (knowledge) diukur dari rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas, serta hidup layak yang dihitung dari pengeluaran per kapita.
Yang ingin disoroti disini adalah istilah pengetahuan. Dilihat dari indikator yang digunakan maka istilah pengetahuan merujuk pada pengetahuan formal yang diperoleh dari dunia pendidikan formal. Sementara istilah pengetahuan yang dirujuk dalam desa pengetahuan adalah kemampuan, skill, intuisi apapun itu yang mereka miliki, realita yang ada dihadapan mata dan bukan apa yang diimpikan. Sulit rasanya bila kita ingin berangkat dari apa yang seharusnya ada. Lebih mudah bila mengawali semuanya dengan apa yang ada. Mustahil, di Desa Kita mereka sama sekali tidak memiliki pengetahuan.
Konsep desa pengetahuan tidak berbeda dengan trend yang berkembang biak pesat belakangan ini yaitu Knowledge Based Economy. Bagaimana menjadikan desa tersebut sebagai desa yang memanfaatkan pengetahuan unik yang mereka miliki untuk pengembangan perekonomian desa. Ujung-ujungnya akan diarahkan pada pengembangan perekonomian desa, namun tali temali yang terkait dengan konsep tersebut ada dimana-mana, seperti masalah kesehatan, masalah pendidikan dan masalah lingkungan.
Konsep pengetahuan dalam konteks ini mengacu pada pengetahuan yang bersemayam di benak manusia (pengetahun tacit) dan pengetahuan yang telah dikodifikasikan serta bertebaran di luar benak manusia (pengetahuan eksplisit). Yang mana yang lebih penting? Dont ever start creating any endless arguments...keduanya penting dan penggabungan dari keduanya akan menjadi sebuah kekuatan. Bentuk nyatanya seperti apa?
Pengetahuan apa yang dimiliki di desa dan dapat dijadikan competitive advantage bagi desa tersebut? Pengetahuan yang dapat dijadikan sumber penghasilan utama desa dan telah direalisir ke dalam produk tangible. Dari pengetahuan ini disusun standar kualitas dan proses, brand dan target market. Pengetahuan ini perlu dilindungi dalam bentuk hak cipta. Dalam implementasi selanjutnya Desa Pengetahuan akan melibatkan desa sekitar untuk menghasilkan produk tangible yang menggunakan pengetahuan mereka. Untuk itu desa sekitar diwajibkan membayar royalti bagi penggunaan pengetahuan tsb.
Untuk menjaga sustainability (goodness, I feel my life is so heavy with all these terminologies) dan nilai dari royalti tersebut, Desa Pengetahuan harus terus mengembangkan produk, brand dan pasar yang disebut sebagai inovasi. Di sinilah ke 3 aspek lainnya memainkan peranan penting, yaitu aspek edukasi, lingkungan dan kesehatan. Ke 3 aspek ini terutama difokuskan pada generasi muda yang bermukim di Desa Pengetahuan, mendorong mereka untuk berperan dan terlibat langsung dalam program Desa Pengetahuan. Caranya akan dicantumkan dalam tulisan berikut-berikutnya.
Phewww...kalau dipikir-pikir tidak mudah. Seharusnya yang beginian jangan hanya dipikir melulu, tapi perlu implementasi. Loosing a battle without entering the war!!!



Labels: , , , , , , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home