Monday, September 24, 2007

JAMBU MENTE + SEJUTA MIMPI

Kamis 20 September 2007 subuh, pukul 04.30 rombongan berangkat dari Maumere ke lokasi. desa itu berjarak ± 30km tepatnya desa Ilepadung, Flores Timur, NTT. Berbicara NTT ada rumor yang mngatakan kalau itu adalah singkatan yang bisa mengandung konotasi poitif dan negatif. Positif = Nanti Tuhan Tolong atau negatif = Nasib Tempat Tertinggal. Setelah menanjak melewati gunung diselingi pipa air, mobil kami disengat oleh bau jambu mente (Anacardium occidentale) yang siap panen. Ya, menurut kalender musiman, bulan September sampai Oktober adalah masa panen raya. Artinya, mete yang sudah jatuh dipunggut, dibersihkan atau dipisahkan dari jambu/buah semunya (cashew), lalu kembali dibersihkan. Sebelumnya nanti di gradasi menurut ukuran dan bentuknya.

Menuju lokasi, jalanan aspal sudah berhenti. Mulai berlubang, ditambah dengan debu yang tebal. Namun, semua itu seakan bukan halangan, ketika pandangan kami terarah pada pemandangan pesisir pantai yang menghampar luas serta merasakan angin laut yang sejuk hari itu. Ditambah latar belakang bukit-bukit yang menggunung. Memasuki dusun I dari IV dusun yang ada, terlihat Puskesmas Pembantu berwarna biru muda yang sedang disempurnakan, setelah itu terdapat Kantor Kepala Desa yang bersebelahan dengan ruang pertemuan dan lapak terbuka untuk kegiatan pasar tiap Selasa.

Pukul 08.45 kami tiba di rumah ketua ketua kelompok tani dan perwakilan dari lsm yang mendampingi petani mente. Peran lsm ini bisa cukup berhasil, karena langsung menyetuh hal-hal yang sifatnya teknis dan praktis. Banyak kendala yang dia paparkan selama waktu berjalan. Mulai dari mengajarkan cara pencatatan administrasi kepada petani sampai dengan naik turun bukit untuk melihat langsung kondisi yang ideal bagi tanaman mente. Dedikasi, komitmen dan konsistensi kepada masyarakat terlihat lebih besar daripada sekedar pengabdian ke lembaga.

Beberapa peningkatan yang kami lihat khsusunya di dalam budidaya mente yang selama ini dikembangkan Pertama, petani sudah mempunyai wawasan yang lebih luas akan budidaya mente yang selama ini telah dikembangkan. Contoh: pemelihraan kambing di areal sekita jambu mente ternyata dapat memberikan nilai tambah bagi perkembangan jambu mente khsusnya dalam masa vegetatif. Karena antara kambing dan pohoh jambu mente terjadi simbiosis mutualisme. Kambing membantu pertumbuhan dengan memberikan pupuk alami bagi pohon dan pohon pun memberikan buah semu untuk makanan si kambing. Kedua, produk mente yang dihasilkan oleh masyarakat sudah ada pasar yang menanti, baik dalam skala nasional atau internasional. Baru-baru ini sekita 40 ton mente dalam bentuk gelondong sudah menembus pasar Amerika. Ketiga, petani mente sudah mempunyai sistem kerja yang mandiri. Mereka sudah mengerti bagaimana melaporkan hasil penjualan mente, berapa keuntungan yang akan diperoleh, sampai dengan mempertimbangkan proses penerimaan anggota baru dalam kelompok tani mente.

Selanjutnya kami singgah di rumah mantan kepala desa. Mantan kepala ini adalah calon kuat pada pemilihan kepala desa sebelumnya namun ia tidak terpilih lagi. Paras muka yang kolot, sorot mata tajam dan punya wibawa menjadi ciri khasnya. Ia tetap aktif menjadi panutan masyarakat. Bahkan perannya sangat total dalam mendukung pembangunan fisik.

Dalam diskusi tersebut, hadir pula PPL (Petugas Penyuluh Lapang) Pertanian. Ia menjelaskan ada alternatif kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan untuk menambah pendapatan, yaitu budidaya rumput laut (seaweed) . Secara matematis, pendapatan antara rumput laut dan jambu mente, jauh berbeda. Dari rumput laut, petani bisa mendapatkan 2x lebih besar dari jambu mente. Itu pun hanya dalam waktu 1,5 bulan tidak seperti mente 12 bulan sekali. Namun secara psikologis, tidaklah mudah mengubah kebiasaan masyarakat dari budidaya di ladang pindah ke laut. Sebagai contoh, mereka rela mengeluarkan uang belanja nya untuk beli ikan di Larantuka, sekitar 12km lagi dari desa daripada mengusahakan sendiri dari laut yang sudah ada di depan mata. Tak aneh, masyarakat desa Ilepadung, disebut orang pesisir yang punya mental orang gunung.

Moke atau minuman tradisional yang diambil dariu pucuk bunga pohon lontar (Nira) yang banyak tumbuh di desa itu. Secara pendapatan, komoditas ini adalah salah satu andalan mereka untuk menambah pendapatan RT. Tidak hanya untuk minuman, tuak dari pohon lontar juga dapat dimanfaatkan bagi gula merah atau anyaman. Bisa dijual atau dikonsumsi sendiri.

Pembangunan fisik sejak bulan Juli 2007 lalu, hampir selesai. Berbagai bangunan siap diresmikan untuk mendukung aspek-aspek kehidupan dalam progam BSR. Yang masih ada disempurnakan atau dirapihkan dan yang belum tersedia juga dibangun guna mendukung roda kehidupan tadi. Ada sekolah, puskesmas, sarana produksi mente dan gapura. Awal November ditargetkan semua sudah done.

Budaya atau adat sangat kuat dalam masyrakat ini. Mereka dilarang keras melakukan segala bentuk aktifitas selama 4 hari ketika salah satu anggota masyarakat meninggal dunia atau ketika menyambut musim panen dilangsungkan upacara khusus. Ini dapat menjadi kendala, ketika program yang dilterapkan tidak mengandung unsur budaya setempat, namun harus disiasati dan dipikirkan bagaimana menggabungkan budaya mereka dengan program yang ada.

Masih banyak mimpi yang dapat berlanjut dan berkembang, baik sumber bumi atau sumber manusia, namun yang yang diperlukan adalah aksi !

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home