KAMPUNG KITA KOYA KOSO
Kurang lebih 45 menit perjalanan kami tempuh dari kantor lembaga setempat. Melewati lembah dan menyusuri tepi gunung merupakan pemandangan yang menjadi khas bagi mereka yang melintasi trans Papua. Belum lagi bentangan laut yang terhampar luas sejauh mata memandang. Tempratur hari itu cukup adem, dari biasanya.
Akhirnya, rombongan kami tiba di lokasi disambut oleh tarian khas adat setempat yakni Tari Sanggal. Sambutan susulan dilanjutkan ketika rombongan memasuki area peresmian, oleh baliho 10x5meter dengan tulisan “Peletakan Batu Pertama Kegiatan Social Responsibility” Sayang.....pesan yang tertulis dengan warna merah dilengkapi dengan blueprint bangunan fisik yang memenuhi baliho itu sepertinya mengecilkan arti tanggungjawab sosial lembaga. Tidak dipungkiri, pembangunan fisik adalah bukti nyata komitmen lembaga akan keseriusannya pada masyarakat. Namum perlu diingat, niat tulus lembaga adalah untuk membangun masyarakat yang bukan saja dilengkapi dengan fasilitas fisik namun sangat perlu dibekali oleh kemampuan psikis. Kemampuan untuk lebih berpengetahuan, lebih bersikap dan lebih berperilaku.
Memasuki ruang pertemuan, pejabat lembaga dan pemda setempat disematkan kalung dan mahkota adat oleh kepala suku, ini juga sebagai simbolis penerimaan dan kepercayaan masyarakat akan lembaga dan instansi yang masuk dalam budaya mereka. Pace, mace juga anak-anak seakan tidak peduli berdiri diluar tenda dan menerima sinaran matahari yang mulai menyengat untuk mengikuti acara. Doa pembukaan, sambutan dari kedua pejabat, penandatanganan MoU, peletakkan batu pertama, penyerahan hadiah untuk pemenang lomba dalam perayaan HUT Hari Pahlawan dan Doa penutup adalah rangkaian acara siang itu. Dalam sambutan, pejabat pemda mengingatkan agar warga bersyukur kepada yang Maha Kuasa atas terpilihnya kampung mereka sebagai desa binaan lembaga, yang pada akhirnya harus dilanjutkan dengan partisipasi masyarakat secara penuh.
Hari itu Jumat 23 November 2007, di kampung Koya Koso, distrik Abepura Kota Jayapura sebuah komitmen telah diambil. Layaknya tarian Yosim Pancar yang ditampilkan oleh anak-anak pemenang lomba pada akhir acara, yang memadukan gerak tubuh yang gemulai, kekompakkan dalam irama tempo musik, dan kerjasama individu per individu demikian juga keseriusan Pemda dalam mengawasi, lembaga dalam memfasilitasi dan masyarakat dalam berpartispasi penuh serta kemitraan diantara ketiganya akan terlihat di akhir program. Kami berharap!
Akhirnya, rombongan kami tiba di lokasi disambut oleh tarian khas adat setempat yakni Tari Sanggal. Sambutan susulan dilanjutkan ketika rombongan memasuki area peresmian, oleh baliho 10x5meter dengan tulisan “Peletakan Batu Pertama Kegiatan Social Responsibility” Sayang.....pesan yang tertulis dengan warna merah dilengkapi dengan blueprint bangunan fisik yang memenuhi baliho itu sepertinya mengecilkan arti tanggungjawab sosial lembaga. Tidak dipungkiri, pembangunan fisik adalah bukti nyata komitmen lembaga akan keseriusannya pada masyarakat. Namum perlu diingat, niat tulus lembaga adalah untuk membangun masyarakat yang bukan saja dilengkapi dengan fasilitas fisik namun sangat perlu dibekali oleh kemampuan psikis. Kemampuan untuk lebih berpengetahuan, lebih bersikap dan lebih berperilaku.
Memasuki ruang pertemuan, pejabat lembaga dan pemda setempat disematkan kalung dan mahkota adat oleh kepala suku, ini juga sebagai simbolis penerimaan dan kepercayaan masyarakat akan lembaga dan instansi yang masuk dalam budaya mereka. Pace, mace juga anak-anak seakan tidak peduli berdiri diluar tenda dan menerima sinaran matahari yang mulai menyengat untuk mengikuti acara. Doa pembukaan, sambutan dari kedua pejabat, penandatanganan MoU, peletakkan batu pertama, penyerahan hadiah untuk pemenang lomba dalam perayaan HUT Hari Pahlawan dan Doa penutup adalah rangkaian acara siang itu. Dalam sambutan, pejabat pemda mengingatkan agar warga bersyukur kepada yang Maha Kuasa atas terpilihnya kampung mereka sebagai desa binaan lembaga, yang pada akhirnya harus dilanjutkan dengan partisipasi masyarakat secara penuh.
Hari itu Jumat 23 November 2007, di kampung Koya Koso, distrik Abepura Kota Jayapura sebuah komitmen telah diambil. Layaknya tarian Yosim Pancar yang ditampilkan oleh anak-anak pemenang lomba pada akhir acara, yang memadukan gerak tubuh yang gemulai, kekompakkan dalam irama tempo musik, dan kerjasama individu per individu demikian juga keseriusan Pemda dalam mengawasi, lembaga dalam memfasilitasi dan masyarakat dalam berpartispasi penuh serta kemitraan diantara ketiganya akan terlihat di akhir program. Kami berharap!